Ngaji Kebangsaan Bersama KH Luthfi Fauzi



KH Luthfi Fauzi SHI MM selaku Pengasuh Pondok Pesantren Riyadussalikin juga sebagai pencetus  " Dekralasi Santri Untuk Jokowi dan Ngaji Kebangsaan " yang digelar di Gedung Dakwah Desa Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran pada hari Minggu lalu (09/09/2018), menjelaskan dan meberi faham tentang Ngaji Kebangsaan.


Sebelum memulai menyampaikan materi, Kiai Luthfi Fauzi  mengajak melantunkan Shalawat Badar bersama, beliau mengajak melantunkan shalawat bersama karena mengilustrasikan dan berharap kemenangan Pasangan Calom Presiden dan Wakil Presiden Bapa Ir H Joko Widodo dan Prof Dr KH Ma'ruf Amin sudah di depan mata seperti halnya kemenangan Perang Badar di Zaman Rasulullah SAW.

Saat memulai materi beliau menyampaikan " Ketika berbicara tentang kebangsaan santri itu sudah berkitab-kitab mengaji tentang kebangsaan, di dalam Al - qur'an istilah kebangsaan itu disebut dengan Ummatan ada juga istilah Ummatan Qonitan, Ummatan Wasathon dan lain sebagainya, banyak sekali istilah kebangsaan di dalam Al - qur'an menggunakan kalimat Ummah. Berbicara tentang masalah Agama Islam adalah Millah atau Ad - din, Millah itu cangkupannya kecil sedangkan Ad - din itu cangkupannya luas kalau dalam Ta'rif, " kata Kiai Luthfii yang akrab disapa dengan Ang Upi.

Sosok Kiai Luthfi Fauzi yang masih berumur 39 tahun ini, bukan hanya luas pengetahuannya di bidang Agama saja, namun Beliau juga luas pengetahuannya dalam ilmu tarikh, ilmu politik, dan ilmu-ilmu umum lainya. Sehingga menjadi tokoh yang di gemari bagi para jamaahnya dan orang-orang disekitarnya, juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya selaku santrinya.

" Ketika agama dijadikan sebagai negara, maka sama saja dengan mengecilkan agama, hal itulah yang menjadi kontroversi pada zaman sekarang ini, bahwa agama itu di artikan sebagai negara , yang sebenarnya jangan membawa islam terhadap negara, tapi membawa Intisari, Sumber-sumber, Substansi Agama terhadap milai-nilai bernegara, bukan Agama dijadikan sebagai negara karena , apabila demkian maka ruang lingkup agama sangat kecil," tutur Ang Upi.

Dahulu ketika Nabi Muhammad SAW berada di Mekah beliau adalah Pimpinan Agama, namun ketika Beliau hijrah ke Madinah yang kondisi penduduknya heterogen dan lebih luas, Rasulullah adalah Pemimpin Agama dan Pemimpin Negara. Maka lahirlah Madinah Culture, konsensus bersama untuk mendirikan agama, bukan Negara Islam melainkan Madinah Al Munawwaroh.

Konsensus Madinah Al Munawwaroh itulah yang di praktikan di Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Istiilah Pancasila. Dalam Al - qur'an, arti dari Darussalam bukanlah negara islam namun para 'Ulama sepakat bahwa arti dari kalimat Darussalam adalah negara yang penuh dengan kedamaian, negara yang penuh dengan kemanfaatan, negara yang cinta damai bukan sebagai negara islam karena Rasulullah pun tidak pernah berkehendak membuat negara islam.

Di sela - sela akhir menyampaikan materi, Kiai Luthfi Fauzi berpesan " Para Santriawan - Santriawati harus faham dan harus mengakaji sejarah mengenai berdirinya Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, agar tidak terkontaminasi faham - faham radikalisme orang - orang yang ingin mendirikan khilafah, bahkan mereka beranggapan bahwa Islam dan Allah itu hanya untuk orang mu'min dan muslim, yang padahal Islam itu Rahmat bagi seluruh alam dan Allah itu Tuhannya seluruh alam bukan hanya orang Muslim dan Mu',min saja, dan pancasila itu sudah bersifat final, tidak bisa dirubah dan diganggu gugat dengan ingin mendirikan negara Islam karena Nabi pun tidak memerintah dan berkehendak untuk mendirikan negara Islam," pungkasnya dengan tegas dan jelas.

Wallahu 'alam bi showab.


(Sandy Rezkia)





0 Response to "Ngaji Kebangsaan Bersama KH Luthfi Fauzi "

Posting Komentar

Ingin Jadi Orang Beruntung? Jangan Bingung, Ini Caranya!

Ini lho kiat-kiat jadi orang beruntung Gambar ini dilansir dari website pngtree.com Siapa yang tidak ingin menjadi orang yang beruntung di...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel